SENI MENDIDIK REMAJA
(Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si.)
Ada seorang bapak berkata keepada saya, "Anak ibu umur berapa?" Saat itu saya menjawab, "Sebelas tahun." "Wah sebentar lagi, ibu akan menghadapi tantangan untuk mendidik anak ibu, " kata bapak tersebut. Saya hanya mampu menjawab dalam hati, "Jikalau Tuhan menghendaki, saya ingin menikmati interaksi dengan anak saya ketika ia memasuki usia remaja." Kita telah banyak membaca kasus perilaku remaja yang menyimpang, meliputi melawan orang tua, melakukan pelanggaran di sekolah, terjerat dengan narkoba, dan melakukan hubungan seks pra-nikah. Berita yang cukup mengejutkan, berdasarkan penelitian Dr. Khaidzir Ismail (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kebangsaan Malaysia) yang dimuat dalam kosmo (salah satu koran di Malaysia), 27 Februari 2007, halaman 2, terhadap 887 pelajar perempuan usia 15 sampai 16 tahun, hanya satu pelajar yang belum melakukan hubungan seks. Kalau kita pernah ke Malaysia, hampir sebagian besar remaja perempuan Melayu menggunakan jilbab, tetapi jilbab bukanlah suatu jaminan seseorang menjaga kesucian dan perilakunya.
Penemuan lain dari hasil penelitian tersebut adalah 98% mengaku terlibat Narkoba, 97,3% berhubungan dengan pornografi, 96,8% berjudi dan 77,2% membolos sekolah. Ternyata, kebanyakan pelajar perempuan itu berasal dari keluarga bermasalah seperti orang tua yang mempunyai masalah psikologi, bercerai, dan mengalami masalah keuangan. Oleh karena itu, menjadi orang tua bagi remaja bukanlah hal yang mudah tetapi juga bukan merupakan hal yang sulit, kalau kita menemukan cara yang tepat untuk mendidik setiap anak remaja kita.
Saya tertarik dengan tulisan Gary Gagliardi (2002) dalam bukunya 'Sun Tzu's The Art of War & The Art of Parenting Teens', karena beliau memberi informasi kepada orang tua untuk mendidik anak remajanya melandaskan pada bing-fa, ilmi cina kuno tentang bagaimana dapat menang tanpa konflik. Dalam bahasa inggris, bing-fa diterjemahkan sebagai 'The Art of War' tetapi bing-fa tidak mengajar perang, namun mengajar kesuksesan. Bing-fa mengajar sukses dalam segala sesuatu, meliputi gaya pengasuhan orang tua, yang tidak dapat terjadi secara kebetulan.
Menjadi orang tua yang efektif adalah sebuah tantangan. Kesuksesan dalam mengatasi tantangan tergantung pada pembuatan keputusan yang tepat. Bing-fa mengajar kita bagaimana dengan cepat dan mudah membuat keputusan-keputusan tersebut. Dalam tulisan singkat ini, saya tidak dapat mengulas semua penjelasan mengenai bing-fa, tetapi dibawah ini saya cantumkan tentang planning yang disejajarkan dengan parental planning.
Planning | Parental Planning |
|
|
Jadi, para ibu atau wanita sebagai pemerhati anak usia remaja dapat membacanya dalam bahasa yang asli dan dapat secara perlahan-lahan menghayatinya. Sebagai orang tua, kita mau tidak mau harus membekali diri kita dengan banyak belajar mengenai gaya mengasuh yang efektif, hanya yang perlu disadari bahwa apa yang dikatakan efektif oleh seseorang belum tentu efektif bagi kita kalau kita menerapkannya kepada anak remaja kita, karena setiap anak kita adalah unik. Sebelum kita belajar menjadi orang tua yang efektif, kita perlu menjalin hubungan yang menyenangkan terlebih dahulu dengan pasangan kita, supaya dapat menciptakan suasana rumah yang dapat memberi perasaan aman kepada anak-anak kita, sehingga merekapun mempunyai ikatan batin yang kuat dengan ibu maupun ayah. Kita sebagai kaum ibu perlu sehati dengan kaum ayah dalam mempelajari dan menerapkan keterampilan sebagai orang tua, menjadikan diri kita sebagai panutan bagi anak remaja kita. Tetap mewaspadai bukan mencurigai terhadap lingkungan anak remaja kita, memahami dunia remaja bukan memandang dunia remaja dari sudut pandang kita sebagai orang tua.
Mengapa saya ingin sekali menikmati kebersamaan dengan anak saya yang menginjak masa remaja? Karena masa remaja memang merupakan masa transisi yang oleh sebagian besar remaja dirasakan sebagai masa yang sulit untuk memasuki masa dewasa. Saya berharap saya dapat memasuki dunia remaja anak saya karena bagaimanapun saya pernah mengalami masa remaja, sedangkan anak saya belum mempunyai pengalaman sebagai remaja. Oleh karena itu, setiap anak remaja sangat memerlukan tutunan bukan tuntutan orang tua, yang didalamnya orang tua dapat menerapkan peraturan, perasaan untuk saling mempercayai, kasih sayang, dan dukungan. Semoa kita dapat menjadi ibu yang dicintai oleh anak remaja kita. Tuhan memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar