Kamis, 03 Februari 2011

Bagaimana harus bersikap

Influencing
Without Oppression


Di dalam sebuah kapal pesiar mewah yang membawa penumpang dari berbagai negara sedang mengalami musibah di tengah perjalanan, maka sang kapten dengan sigap memerintahkan anak buahnya agar memerintahkan seluruh penumpang untuk mengenakan pelampung dan menerjunkan diri ke laut. Tak lama kemudian anak buah kapal tersebut kembali sambil mengeluh, bahwa tidak ada penumpang yang mengindahkan perintahnya.


Tanpa banyak membuang waktu, maka sang kapten segera turun tangan melakukan tindakan sendiri. Tak lama kemudian kembalilah sang kapten dengan wajah berseri. Maka bertanyalah anak buahnya, apa yang sudah dilakukan oleh sang kapten sehingga seluruh penumpang menaati perintahnya. Jawab sang kapten,'ketika saya berbicara kepada penumpang berkebangsaan Inggris, saya katakan bahwa terjun ke laut tersebut merupakan suatu olahraga, kepada orang Jerman saya katakan bahwa ini suatu perintah. Khusus terhadap orang Perancis, saya katakan bahwa sikap ini sangat disukai wanita. Sedangkan kepada orang Itali saya mengatakan bahwa hal tersebut melanggar hukum dan akhirnya kepada orang Rusia saya katakan bahwa ini merupakan kegiatan revolusioner'. Setelah terdiam sejenak, kembali anak buahnya bertanya bagaimana cara menangani orang Amerika. Sang kapten menjawab,'Gampang saja, saya katakan bahwa dengan terjun ke laut maka dia akan mendapatkan asuransi'.


Sebenarnya cerita diatas hanyalah sebuah lelucon, namun kita dapat mengambil maknanya dengan pembelajaran secara efektif sebuah komunikasi untuk dapat mempengaruhi orang lain.


Yang dilakukan oleh sang kapten mudah sekali, dia cukup mengenali cara komunikasi yang bagaimana yang disukai oleh setiap orang. Dan oleh karena menyentuh perasaan yang mendengar, maka apapun yang dikatakan oleh sang kapten dipercayainya.


Dalam setiap kali dua orang terlibat dalam suatu hubungan, yang satu akan berperan sebagai pemimpin, sedangkan yang lain akan menjadi pengikut. Kalau kita mengambil posisi sebagai pemimpin, maka sikap dan emosi orang lain akan tergantung sepenuhnya pada sikap dan emosi kita.


Jadi dalam berhubungan dengan orang lain, kita akan selalu melihat sikap kita sendiri terpantul kembali dalam perilaku orang lain layaknya sebuah cermin. Begitu juga apabila kita berbicara dengan raut penuh kepercayaan diri serta penuh kewibawaan maka orang lain ikut dipenuhi kepercayaan diri seperti kapasitas yang kita miliki. Kalau kita menginginkan agar orang lain menyukai kita, tunjukkanlah bahwa kita yakin akan menang.


Jangan lupa, apabila kita menaruh keyakinan pada diri sendiri dan bertindak seakan-akan kita yakin dengan diri sendiri, maka orang lain juga akan menaruh keyakinan pada diri kita.


Kemampuan yang harus kita miliki dalam membangun hubungan dengan orang lain adalah:
  1. Attitude
    Sikap positif kita dalam berinteraksi, mulai dari penampilan luar, bahasa tubuh kita sampai kepada kewibawaan kita sebagai 'leader' dalam interaksi tersebut.
  2. Assertiveness
    Memiliki kemampuan untuk berbicara dengan ketulusan serta pemahaman terhadap perasaan orang lain, agar masing-masing pihak merasakan manfaat serta memperoleh kepuasan dalam hubungan tersebut.
  3. Attention
    Menaruh perhatian terhadap 'kesenangan' lawan bicara kita serta perhatian pada semua isi percakapan lawan bicara kita dan tidak memberikan penilaian apapun ataupun mengukur kesalahannya dalam interaksi tersebut.
  4. Attractiveness
    Isi ceritera yang kita sajikan menarik, sehingga membuat lawan bicara kita tertarik untuk mendengarkan. Bila perlu dramatisir idea kita.
  5. Answer
    Miliki kesabaran untuk menanggapi semua feed back, dan hindari untuk berargumen.
  6. Action
    Pada akhirnya kita akan menyaksikan tindakan nyata yang dilakukan oleh lawan bicara kita seperti yang kita harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar