Selasa, 01 Februari 2011

Artikel

Menikah atau Tidak Menikah



Para peneliti di Amerika mengatakan bahwa orang yang telah menikah adalah orang yang paling bahagia, sehat, dan hidup lebih lama. Sedangkan pernikahan yang buruk akan berubah menjadi lebih baik. Apakah kita percaya begitu saja dengan hal ini?” Ketika anda menikah maka anda ingin mengetahui rahasia hidup lebih lama, hidup sehat, mencari uang, dan melakukan hubungan suami istri yang paling indah,” kata seorang ilmuan Amerika. Namun ia kembali menambahkan,”Pernikahan yang buruk akan berubah lebih baik jika diakhiri dengan perceraian. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak.” Begitu jelas bahwa pernyataan ini sangat bertentangan dengan Firman Tuhan, karena Tuhan tidak pernah menginginkan terjadinya perceraian di dalam rumah tangga anak-anak yang dikasihi-Nya.
  

J. Waite dan Maggie Gallagher menulis sebuah buku yang membahas masalah dalam pernikahan. Mereka menjelaskan mengapa orang yang menikah itu lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih baik dalam keuangan mereka. Dalam buku itu mereka menuliskan bahwa pernikahan itu baik, tetapi perceraian itu buruk. Tentunya kita setuju dengan Waite da Maggie, bahwa pernikahan itu baik (Pengkhotbah 4:9) dan perceraian itu buruk (Matius 19:6 ;1 Korintus 17:6). Tetapi menikah bukan berarti habis masalah atau tanpa masalah. Justru dalam pernikahan itu ada banyak masalah baru yang mengajarkan kita hal-hal baru sebagai seorang istri.


Seperti kata Cathy, seorang guru taman kanak-kanak, “Saat menikah saya dihadapkan pada sebuah masalah yang membuat saya stres. Namun dari masalah itu saya belajar bagaimana menjadi seorang istri yang bijak. “Atau seperti kata Anne, seorang wanita karir, “Saya benci jika suami saya memaksa saya untuk mengurus anak-anak saya tanpa bantuan babysitter. Daripada terus bertengkar, saya harus mengorbankan setengah waktu kerja saya untuk mengurus anak-anak. Namun sejak saat itu saya belajar bahwa betapa bahagianya saya menjadi seorang ibu yang bisa membesarkan anak-anak saya dengan didikan saya.”


Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard University Press bahwa para kaum wanita di Amerika pada umumnya tidak setuju dengan ide yang mengatakan bahwa pernikahan itu menggambarkan betapa bahagianya seorang pria atau wanita ketika mereka masuk ke dalam 'zona' ini. Opini yang sama pun dikemukakan oleh Tuhan di dalam Firman-Nya bahwa pernikahan itu Ia ciptakan untuk kebahagiaan manusia. Manusia akan merasa kesepian jika ia hidup sendiri. Namun ketika ia menikah maka ia memiliki rekan untuk berbagi dalam segala situasi, baik suka maupun duka (Kejadian 2:8-24 ; 48:4).


Di Amerika, menurut penelitian Jim Killam, 77 % pasangan suami istri menyatakan bahwa pernikahan mereka “sangat tidak bahagia.” Tetapi lima tahun kemudian persentase ini berubah bahwa 77 % pasangan suami istri yang tadinya menyatakan pernikahan mereka sangat tidak bahagia akhirnya menyatakan bahwa mereka “Lumayan” bahagia. Tentunya tahun-tahun berikutnya mereka akan masuk ke dalam pernikahan yang “Sangat bahagia.” Mengapa bisa terjadi perubahan yang positif dalam hubungan mereka? Yah, karena mereka belajar untuk hidup berumah tangga sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Tuhan.
  • Hai Suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Efesus 5:25).
  • Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan (Efesus 5:22).
  • Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya (1Korintus 7:3).
  • 1 Korintus 7:1-16; Efesus 5:22-33, dan banyak ayat lainnya di dalam Alkitab yang membahas bagaimana seorang istri atau suami bersikap dalam hidup rumah tangga.

Banyak dari antara kita berpikir bahwa melajang itu adalah aib dan menikah itu adalah kebahagiaan. Namun sesungguhnya kedua hal tersebut adalah baik bagi kita. Yang jelas perjalanan hidup kita ada di dalam rencana Tuhan. Jika saat ini ada diantara kita yang belum menikah, jangan pernah berpikir bahwa menikah adalah jalan keluar untuk mencapai kebahagiaan itu. Jangan juga berpikir bahwa menikah itu adalah 'zona' dimana kita menambah permasalahan baru. Mari kita berpikir lebih posiif. Mari kita renungkan Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 7:1-16. Menikah atau tidak menikah adalah pilihan dan juga keputusan. Menikah atau tidak menikah sama-sama bahagia, jika kita memang memilih demikian.


Jangan memaksa diri untuk menikah karena takut dibilang perawan tua. Jangan juga memilih bercerai karena merasa tidak tahan dengan sikap suami. Namun pada dasarnya Tuhan selalu menganugerahkan kebahagiaan bagi kita yang menikah maupun yang belum menikah.



Makaci.......God Bless.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar